Peta Politik Jokowi yang Tidak Disangka Oleh Semua Pakar Politik Pengusungnya
Peta Politik Jokowi yang Tidak Disangka Oleh Semua Pakar Politik Pengusungnya
JAKARTA - Peta politik Jokowi yang tidak disangka oleh semua pakar politik pengusungnya. Di mana pascatidak menjadi Presiden, Jokowi menuturkan kepada wartawan bahwa dirinya akan menjadi rakyat biasa di Solo.
Jokowi juga menjawab dengan merendah pertanyaan wartawan yang menyatakan tawaran dirinya menjadi Sekjen PBB pascatidak Presiden Indonesia lagi. "Saya kembali menjadi rakyat biasa di Solo," kata Jokowi dihadapan wartawan seperti dilansir dari postingan akun tiktok Whizkid, Kamis (15/2/2024).
Belum lama ini muncul sebuah video menarik tentang Presiden Jokowi yang mengulang pertanyaannya dulu kalau ia ingin pensiun dan tidak mau lagi menerima tawaran di dunia politik lagi.
Ini sebuah tamparan keras dan sangat keren dari Jokowi. Mengapa? Jauh sebelum ini banyak sekali pakar politik yang mengusung Jokowi dan mengucap Jokowi akan jadi lingdak yang artinya bebek lumpuh.
Di mana istilah lingdak sering dikaitkan dengan politikus yang pengaruhnya akan habis seiring dengan masa jabatannya yang akan berakhir.
"Mereka melihat Jokowi sebagai orang kurus dan seorang pesuruh partai yang mana akhirnya penilaian Devil Effect ini membuat Jokowi dipandang kerdil terutama di mata satu orang ini, siapa dia? Yaitu Megawati Soekarno Putri," kata postingan tersebut.
Tiga Perkataan Megawati yang Bikin Jokowi Sakit Hati
Pertama, Megawati berkata tanpa dirinya, Jokowi tidak akan bisa jadi Presiden.
Kedua, Jokowi hanya dianggap boneka partai dan
Ketiga Jokowi tidak pernah diapresiasi.
Ada sebuah foto di mana Presiden Jokowi duduk di bangku kayu seperti orang yang mendapat hukuman dihadapan Ketua Partainya.
Mengawati Di Atas Angin
Kenapa begitu? Ia selalu berprinsip kalau prestasi PDI P itu berkat keputusannya. Sehingga Jokowi tidak pernah dianggap punya andil di situ.
Dari sinilah firasat Jokowi mulai merasakan hal yang buruk. Di dalam pikiran Jokowi sedangkan masih aktif sebagai Presiden saja dirinya direndahkan seperti ini. Apalagi nanti saat dirinya tidak lagi menjabat?
Tingkah Megawati yang meninggi awalnya masih bisa dimaklumi sang Presiden. Hingga pada satu waktu persis saat penentuan Capres dan Cawapres harus segera dilakukan, di sinilah Jokowi berkesempatan untuk menguji Megawati. Apakah ia (Jokowi) dianggap ada atau hanya sebagai bonek partai semata.
Bagaimana Caranya?
Saat itu Jokowi meminta Megawati mengusung Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sebagai Capres dan Cawapres. Reaksi Megawati diluar dugaan ia marah dan kesal mendengar pernyataan Jokowi.
Keluar satu kalimat yang congkak dari Megawati. Yaitu, bahwa keputusan Capres ada di tangan dirinya sebagai pemimpin tertinggi.
Perkataan itulah yang membuat Jokowi akhirnya harus memilih antara melawan atau tertawan.
Tanpa pikir panjang, karena merasa tidak pernah dianggap ada, Jokowi memilih jalan melawan, dan Megawati harus mempertanggungjawabkan ucapannya dihadapan Jokowi.
Kedudukan Presiden Lebih Tinggi dari Ketua Partai
Karena yang lebih tinggi kedudukannya adalah Presiden, bukan Ketua Partai.
Hal pertama dan paling mengejutkan keluar dari mulut sang Presiden, adalah Prabowo akan mendapat jatah setelah ini. Singkat, namun pesan Presiden membuat Megawati keringat dingin.
Ia tidak menyangka perkataan itu keluar dari seorang kadernya. Awalnya Megawati tidak mau kelihatan kalau ia gentar. Tapi, jokowi tahu cara membongkar pertahanan Banteng.
Jokowi memilih 3 langkah bidak caturnya untuk menyudutkan posisi Megawati di atas papan percaturan.
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Jokowi?
Pertama, Merestui Gibran maju mendampingi Prabowo Subianto. Terlepas ada pro dan kontra terkait pelanggaran konstitusi di situ. Yang jelas, Jokowi berhasil menyampaikan pesan ke semua terutama ke Megawati bahwa ia punya kuasa besar di Republik ini untuk mengubah, merevisi atau bahkan menghapus.
Kedua, secara tegas Jokowi menolak mendukung kubu Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Lebih dari sekadar menolak, Jokowi mempertegas posisinya di sini sebagai kepala negara yang punya kuasa mutlak untuk mendukung siapa saja dan hak itu tidak bisa diintervensi oleh partai apalagi oleh satu orang wanita.
Semakin jelas melawan di hari ulang tahun PDI P kemarin, jangankan untuk hadir sekadar memberikan ucapan selamat pun Jokowi sudah tidak mau lagi.
Ketiga, menjadikan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI.
Ini bukan ajang pamer seumpama barang mewah. Tetapi lebih luas lagi. Pesan yang disampaikan oleh Jokowi kepada Megawati adalah hati-hati untuk berucap sombong di depan sang Presiden yang tidak pernah mau sombong.
Yang awalnya Megawati tidak tersinggung. Namun dengan tiga langkah catur politik Jokowi barusan, pertahanan sang Banteng akhirnya terbongkar. Megawati mendidih, dia marah setiap kali diberi mic (pengeras suara) untuk berbicara selalu menyinggung kedzoliman penguasa Jokowi. Akhirnya Megawati sadar, bahwa kekuasaan Jokowi lebih besar 100 kali lipat dibandingkan dirinya.
Seandainya Megawati Sadar, Jokowi Tidak Akan Melawan
Serangan halus Jokowi buat Megawati sadar kalau ia bukan lagi ratu kelima Republik ini. Lalu apa yang terjadi ? Penyesalan.
Sekarang yang tersisa adalah penyesalan. Seandainya Megawati sadar waktu itu dengan kekuatan Jokowi, dia pasti tidak akan mau melawannya. Karena sudah pasti siapapun yang melawan Jokowi akan babak belur.
Lihat saja Rizieg Shihab, Amien Rais, Surya Paloh dipersempit ruang geraknya. Disadari atau tidak Megawati pun sedang dipreteli alias ruang geraknya dipersempit oleh sang Presiden. Bahkan parahnya lagi, Megawati dibuat serba salah untuk melangkah.
Di satu sisi ingin memecat Jokowi, tetapi di lain sisi ingin menjadikan Jokowi sebagai Ketua Umum PDI P. Sebelum pecahnya PDI P dan Jokowi niat awalnya adalah mencampakkan Jokowi dari tubuh partai.
Karena anggapan mereka Jokowi sudah tidak menguntungkan lagi. Lalu, apa yang terjadi? Jokowi menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.
The GodFather
Jokowi tidak hanya ahli dalam membaca peta politik, ia juga bukan sekadar King Maker, tetapi Jokowi seorang GodFather yang bisa mengubah arah kekalahan menjadi kemenangan atau sebaliknya. Yang unggul bisa diubahnya menjadi inferior.
Partai yang merasa berkuasa sekali pun bisa dijadikan loyo oleh Jokowi. Lihat saja PDI P yang awalnya berada di peringkat pertama sekarang dilangkahi Gerindra sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi yakni 27 persen.
Seberapa Hebat Jokowi?
Pertanyaan ini masih sering ditanyakan oleh kubu pendukung Anies dan Ganjar. Jawabannya, kehebatan Jokowi bukan karena setiap ia blusukan bukan menggendong laras panjang atau setiap ada media menggembar-gemborkan prestasi pembangunan yang ia lakukan.
Tetapi kehebatannya justru karena dia diam tetapi rakyat merasakan. Maksudnya bagaimana? Jokowi banyak sekali membuat kebijakan dan terobosan baik itu di bidang manufaktur, energi, infrastruktur, ekonomi dan lainnya, keberhasilan ini tidak pernah dipamerkannya tetapi rakyat sendiri yang merasakannya.
Sekaligus ini menjadi jawaban kenapa ya para pendukung Jokowi sangat loyalis? Lihat saja ketika Jokowi terang-terangan dukung Prabowo-Gibran, ada berapa ratus kader PDI P yang akhirnya memilih keluar dari partai Banteng merah itu.
Terbaru Maruar Sirait, kader PDI P yang sangat loyal dan terkenal memilih keluar demi mengikuti jejak Jokowi. Jadi hari ini politikus hebat bangsa kita telah bertambah satu orang lagi, yaitu Soeharto dan Jokowi.
Bahkan, Jokowi semakin dekat akhir jabatannya semakin banyak sekali tawaran politik yang ia terima mulai dari pengurus partai hingga Ketua Umum. Terbaru, Jokowi diminta untuk menjadi Sekjen PBB jika sudah pensiun nanti.
Pertanyaannya apakah Megawati telah menyesal meremehkan Jokowi? (*)
Sumber nusantaraterkini.co
Belum ada Komentar
Posting Komentar